EKOSISTEM
1.
TOPIK
Ekosistem
2.
TUJUAN
1. Mendeskripsikan
komponen abiotik dari suatu ekosistem.
2. Mendeskripsikan
komponen biotik
dari suatu ekosistem.
3. Menjelaskan
hubungan timbal balik antar komponen
ekosistem.
3.
DASAR
TEORI
Tidak ada makhluk hidup di bumi yang bisa
hidup sendiri, terpisah dan
terasing dari makluk hidup lain, termasuk manusia. Antar makhluk hidup terjadi
saling ketergantungan dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Hubungan saling mempengaruhi yang terjadi antar makhluk hidup dengan
lingkungannya akan membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Selain itu, pengertian
lain dari ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. (Syamsuri, 2002).
Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem
yang disebut ekologi dan dikemukakan kali pertama oleh Ernest Haeckel. Ekologi
berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu Oikos yang berarti rumah atau
tepat tinggal, dan Logos yang artinya ilmu. Ekologi mempunyai pengaruh yang
besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup
dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk hidup dan dengan
benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
Di dalam sebuah ekosistem juga terdapat
satuan-satuan makhluk hidup yang meliputi individu, populasi, komunitas, dan biosfer. Individu
adalah makhluk hidup yang
berdiri sendiri yang tidak mempunyai hubungan dengan sesamanya. Populasi adalah
kelompok makhluk hidup yang memiliki spesies sama (sejenis) dan menempati
daerah tertentu dalam waktu tertentu. Kumpulan dari populasi akan membentuk
sebuah komunitas sedangkan biosfer adalah semua ekosistem yang ada di permukaan
bumi.
Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh
komponen yang membangunnya. Di dalam suatu ekosistem terdapat kesatuan proses
yang saling terkait dan mempengaruhi antar semua komponen. Pada suatu ekosistem
terdapat komponen yang hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Komponen
biotik di dalam ekosistem memiliki peran yang khas, antara lain:
1.
Produsen yaitu makhluk hidup (tumbuhan hijau) yang mampu
mensintesis zat-zat organik.
2.
Konsumen yaitu makhluk hidup yang tidak mampu mensistesis zat
organik.
3.
Predator yaitu makhluk hidup yang memangsa konsumen lainnya.
4.
Pengurai yaitu mikroorganisme yang berfungsi menguraikan
sisa-sisa makhluk lain.
Sedangkan komponen
abiotik terdiri atas:
1.
Tanah
Tanah berperan penting bagi
tumbuhan, hewan, dan manusia. Peran tanah bagi makhluk hidup adalah tempat
hidup dan tumbuhnya akar tumbuhan, tempat hidup manusia dalam melakukan
berbagai kegiatan hidup, tempat hidup hewan tanah, misalnya cacing dan
mikroorganisme tanah, dan sumber nutrien (unsur hara) bagi tumbuhan.
2.
Air
Air diperlukan oleh setiap
organisme dengan volume yang sesuai dengan kebutuhannya, tergantung pada
kebutuhan dan kemampuan menghemat air dalam keadaan tertentu. Air mempunyai
peranan yang sangat penting bagi keseimbangan alam dan bagi kehidupan organisme
di muka bumi ini.
3.
pH
Derajat keasaman (pH) tanah,
menentukan jenis tumbuhan yang sesuai dengan pH tertentu. Perubahan pH tanah
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan hidup tumbuhan dan
organisme tanah.
4.
Udara
Udara sangat penting bagi
kehidupan makhluk hidup. Udara digunakan untuk bernapas. Keadaan udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: cahaya matahari, kelembaban, suhu udara
(temperatur), dan angin.
5.
Cahaya
matahari
Cahaya matahari merupakan sumber
energi bagi semua makhluk hidup. cahaya penting untuk untuk semua tumbuhan hijau
dan bakteri fotosintetik dan juga untuk semua hewan herbivora. Penyebaran
cahaya di bumi tidak merata, sehingga organisme harus menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang intensitas cahayanya berbeda.
6.
Suhu
udara atau temperatur
Temperatur berperan penting dalam
menunjukkan spesies pada saat tertentu. Tiap makhluk hidup mempunyai batas
minimal, optimal, dan maksimal terhadap suhu tertentu. Suhu mempengaruhi proses
biokimia dalam tubuh organisme mempunyai kisaran yang sempit, sehingga
organisme selalu berusaha untuk mendapatkan suhu lingkungan yang optimal.
Alat untuk mengukur komponen abiotik
antara lain: soil tester untuk mengukur pH dan kelembaban tanah, soil
temperatur untuk mengukur suhu tanah, termohigrometer untuk mengukur suhu dan
kelembaban udara, lux meter untuk mengukur intensitas cahaya, pH meter untuk
mengukur pH air.
Secara garis besar ekosistem dibedakan
menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem darat adalah
ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Ekosistem ini dibedakan
menjadi beberapa bioma, sepeti bioma gurun, bioma padang rumput, bioma huta
basah, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma tundra. Ekosistem perairan adalah
ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa air. Ekosistem ini dibedakan
menjadi ekosistem air tawar (danau dan sungai) dan ekosistem air laut. Selain
contoh ekosistem di atas, ada yang disebut ekosistem pantai. Ekosistem ini
terletak berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut.
Interaksi dapat terjadi di antara
sesama individu dalam suatu populasi, yang dikenal dengan istilah interaksi
intraspesifik. Biasanya interaksi ini terjadi dalam memperebutkan sumber daya
yang keadaannya terbatas. Kompetisi ini sangat ketat karena kebutuhan sumber
daya diperebutkan di antara individu tersebut sama, dan tidak dapat digantikan
dengan yang lain. (Dharmawan,
2005).
Interaksi yang terjadi antara dua
populasi yang berbeda disebut sebagai intraspesifik toritik. Populasi dua
spesies dapat berinteraksi yang pengaruhnya dapat menguntungkan, merugikan, atau
populasi tersebut tidak terpengaruh. (Dharmawan, 2005). Dengan berpedoman pada
efek yang muncul, maka muncullah tipe interaksi di alam seperti:
·
Neuralisme : keduanya saling tidak mempengaruhi
·
Kompetisi : hambatan yang saling merugikan
·
Parasitisme : populasi 1 dirugikan, populasi 2
untung
·
Predasi : populasi 1 dirugikan,
populasi 2 untung
·
Komensalisme : populasi 1 tidak terpengaruh, populasi
2 untung
·
Protokopenansi : populasi 1 dirugikan, populasi 2 untung, tetapi tidak
obligat
·
Mutualisme : populasi 1 dirugikan, populasi 2 untung dan obligat.
4.
ALAT DAN BAHAN
1.
pH
meter
2.
Pasak
3.
Tali
rafia
4.
Soil
Tester
5.
Termohigrometer
6.
Termometer
tanah
7.
Penangkap
belalang
8.
Kuadran
9.
Kantong
plastik
5.
LANGKAH
KERJA
Cara
kerja
|
Hasil
|
||||||
1.
Pengamatan
langsung ekosistem
|
|
6.
HASIL PENGAMATAN
Judul Praktikum : Ekosistem
Hari / Tanggal Praktikum :
Kamis / 26 April 2012
Tempat Praktikum : Lahan belakang gedung Kimia
Dosen Pembimbing : Nuning Wulandari, S.Si, M.Si
No
|
Jenis Ekosistem
|
Komponen Abiotik
|
Komponen Biotik
|
1.
|
Ekosostem Air
(pengamatan I)
|
Daun kering
Batu
Air
Pasir
Ranting
Plastic
Suhu : 26,3ºC
PH : 7,80
|
Ikan kecil
Alga
|
2.
|
Ekosostem Air
(pengamatan II)
|
Air
Kain
Daun kering
Pasir
Batu
Suhu : 25,7ºC
PH : 7,34
|
Tanaman hijau
Alga
Ikan kecil
|
3.
|
Ekosostem Darat
(pengamatan I)
|
Daun kering
Ranting
Hasil pengukuran soil tester:
·
PH 7
·
Kelembapan 20%
·
Intensitas cahaya 5750 Cd
·
Kesuburan too little
Hasil pengukuran
thermometer tanah : 21ºC
Hasil pengukuran
Higrometer:
·
Kelembapan tanah 52%
·
Suhu 31ºC
Hasil pengukuran Lux
1000 Cd
|
Nyamuk
Rumput
Tumbuhan hijau
2 macam tumbuhan rambat
|
4.
|
Ekosostem Darat
(pengamatan II)
|
Batu kecil
Daun kering
Ranting
Hasil pengukuran soil tester:
·
PH 7
·
Kelembapan tanah 20%
·
Intensitas cahaya 8500 Cd
·
Kesuburan too little
Hasil pengukuran
thermometer tanah : 21ºC
Hasil pengukuran Higrometer:
·
Kelembapan 52%
·
Suhu 29ºC
Hasil pengukuran Lux 1000 Cd
|
Jenis kepik (bok-bokcong)
Tawon
Tumbuhan hijau
Rumput rambat
|
Keterangan
kesuburan pada Soil Tester:
Kandungan
|
Too little
|
Ideal range
|
Too much
|
Nitrogen
|
50 ppm
|
50-200 ppm
|
200 ppm
|
Phosporous
|
4 ppm
|
4-14 ppm
|
14 ppm
|
potas
|
50 ppm
|
50-200 ppm
|
200 ppm
|
7.
ANALISIS DATA
Praktikum ekosistem dilakukkan dengan
mengamati ekosistem secara langsung. Ekosistem yang diamati adalah ekosistem
air dan darat yang pengamatannya masing-masing dilakukan dua kali. Dari
praktikum ini, obyek yang diamati adalah komponen abiotik dan komponen biotik. Komponen abiotik dapat
berupa benda mati atau apa saja yang tidak hidup yang ada dalam ekosistem
tersebut. Sedangkan komponen biotik merupakan komponen yang berupa makhluk
hidup yang terdapat pada ekosistem tersebut.
Pengamatan pertama yang dilakukan adalah
pengamatan pada ekosistem air. Langkah awal yang dilakukan sebelum mengamati
komponem-komponen yang ada dalam suatu ekosistem adalah membuat batas dari
ekosistem itu sendiri. Di sini, untuk membuat batas ekosistem digunakan alat
berupa rafia dan pasak. Rafia dibentuk
persegi dengan pasak terikat disetiap sudutnya. Setah membuat batas,
selanjutnya mengamati komponen apa saja yang ada di dalam kotak raffia
tersebut. Dari pengamatan yang telah dikakukan kami memperoleh data bahwa
komponen abiotik yang ada lebih banyak dari pada komponen biotik. Komponen
abiotik terdiri dari : daun kering, batu, air, pasir, ranting dan plastik.
Untuk komponen biotiknya hanya dijumpai ikan kecil dan alga. Kemudian dari
wilayah ekosistem tesebut, diperoleh pengukuran suhu sebesar 26,3ºC dan
pengukuran pH
7,80.
Pengamatan kedua masih dilakukan pada
ekosistem air namun berbeda dari tempat semula. Langkah awalnya adalah sama,
yaitu wilayah ekosistem mana saja yang ingin diamati harus diberi batas.
Setelah dibatasi baru kemudian dilakukkan pengamatan. Dari hasil pengamatan
didapati kondisi yang sama dengan semula bahwa komponen abiotik yang menyusun
ekosistem tersebut lebih banyak dari pada komponen biotiknya. Namun
dibandingkan dengan komponen biotic yang pertama, komponen biotic pada pengamatan
yang kedua ini lebih banyak dengan tambahan sebuah tananman hijau. Ciri dari
tanaman hijau tersebut adalah merambat, dengan daun menjari mirip dengan
tanaman kangkung. Komponen abiotik yang ditemukan dari ekosistem tersebut tidak
jauh berbeda dengan pengamatan yang pertama, yang berbeda pada pengamatan yang
kedua ini tidak ditemukan ranting dan plastik namun ditemukan selembar kain.
Untuk hasil pengamatan suhunya adalah 25,7ºC dan pH 7,34.
Pengamatan yang selanjutnya adalah
pengamatan pada ekosistem darat. Pengamatan pada ekosistem ini juga dilakukan
dua kali. Untuk pengamatan pertama, langkah pertama yang dilakukkan adalah
memberi batas dari ekosistem yang ingin diamati. Berbeda dari pengamatan
ekosistem air yang diberi batas dengan rafia dan pasak, kalau pada ekosistem
darat cukup diberi batas dengan meletakkan besi yang dibentuk persegi
(kuadran). Pengamatan di darat mencakup
daerah darat dan juga udara yang dibatasi oleh kuadaran tersebut. Sehingga
apabila ada makhluk hidup yang melintas melalui kuadran tersebut termasuk ke
dalam komponen ekosistem tersebut.
Pada pengamatan ketiga, yaitu ekosistem
darat diperoleh data komponen biotik terdiri dari nyamuk, rumput, tumbuhan
hijau, dan 2 macam tanaman merambat yang berbeda. Sedangkan untuk komponen
abiotiknya terdiri dari daun kering, ranting dan kondisi lingkungan (seperti: pH,
kelembapan, intensitas cahaya, kesuburan, suhu tanah) yang diperoleh dari
pengukuran menggunakan alat. Pada alat soil tester diperoleh hasil pengukuran pH
7, kelembapan 20%, intensitas cahaya 5750 Cd, kesuburan tanah too little. Untuk
hasil pengukuran kesuburan yang menunjukkan too little itu maksudnya adalah
tanah tersebut mengandung nitrogen 50 ppm, phosphorous 4 ppm, dan potash 50
ppm. Keterangan tersebut tertera pada buku petunjuk penggunaan alat soil
tester. Selanjutnya, untuk hasil pengukuran menggunakan alat termometer tanah
diperoleh suhu sebesar 21ºC. Hasil pengukuran menggunakan hygrometer
menunjukkan bahwa kelembapan tanah adalah sebesar 52% serta suhunya 31ºC.
Sedangkan untuk hasil pengukuran
menggunakan lux menunjukkan bahwa intensitas cahaya sebesar 1000 Cd. Di sini
terdapat perbedaan antara pengukuran suhu menggunakan siol tester dengan
pengukuran suhu menggunakan hygrometer serta pengukuran intensitas cahaya
menggunakan lux dan soil tester. Kenapa hal ini terjadi dan apa yang
menyebabkan perbedaan ini akan dibahas selanjutnya pada pembahasan.
Hal
yang sama akan dijumpai pula pada pengamatan terakhir, yaitu pengamatan pada
ekosistem darat yang ke-2. Setelah pindah tempat dan kiranya memperoleh tempat
yang cocok untuk diamati kemudian memasang batas dan dilakukkan pengamatan.
Hasil pengamatan untuk komponen biotik diperoleh sebagai berikut: hewan kepik
(bok-bokcong), tawon, tumbuhan hijau, rumput rambat. Komponen yang ditemukan
pada ekosistem darat yang kedua lebih
seimbang antara perbandingan flora dan fauna yang menyusun ekosistem tersebut.
Sedangkan untuk komponen abiotik yang ditemukan hamper sama, hanya berbeda
tambahan populasi batu kecil pada pengamatan ekosistem darat yang kedua.
Pengamatan yang dilakukkan dengan menggunakan bantuan alat pun juga diperoleh
hasil yang relative sama. Perbedaannya terletap pada hasil pengukuran soil
terster, pada pengamatan intensitas cahaya diperoleh 8500 Cd. Selain itu juga
terdapat perbadan pada hasil pengukuran menggunakan hygrometer. Pada percobaan
yang terakhir ini diperoleh nilai suhu sebesar 29ºC. Lainya diperoleh hasil
pengukuran yang sama. Karena dari data ini masih terdapat perbedaan dan kurang
keakuratan hasil ukur, maka dari itu akan dilakukkan pembahasan lebih lanjut
dibawah ini.
8.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan di belakang gedung
laboratorium bersama (GLB) dan
di belakang gedung Kimia diperoleh data yang berupa komponen biotik dan
komponen abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang disebut
dengan ekosistem. Pada percobaan ini ekosistem yang diamati adalah ekosistem
air dan ekosistem darat. Pengamatan ekosistem darat dilakukan di belakang
gedung Kimia dan pengamatan ekosistem air dilakukan di sungai kecil yang berada
di belakang Gedung Laboratorium Bersama (GLB). Pengamatan dilakukan di sebuah
area yang sudah ditentukkan batasnya, yang disebut kuadran. Kuadran berbentuk
persegi, kemudian diamatai komponen-komponen apa saja yang ada di dalamnay.
Hasil pengamatan diperoleh berupa komponen biaotik dan komponen abiotik. Pada
ekosistem air dilakukan pengamtan sebanyak dua kali, pengamatan pertama
diperoleh komponen biotik berupa ikan dan alga sedangkan komponen abiotik
berupa daun kering, batu air, ranting
plastik, suhu 26,3 derajat celcius dan pH 7,8. Pada pengamatan kedua
diperoleh data komponen biotik berupa tanaman hijau, alga, dan ikan kecil.
Sedangkan komponen abiotik berupa air, kain, daun kering, pasir, batu, suhu
25,7 derajat celcius, dan pH 7,34.
Pada pengamatan ekosistem air
diperoleh data pH air 7,8 dan 7,34 pada pengamatan kedua. pH
air menunjukkan derajat keasaman atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan
OH- dalam air. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH-
maka suasana air menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari
pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa.. pH tanah yang baik
nilainya normal, mendekati 7. Jika lebih rendah atau tinggi berarti ada yang
tidak beres pada tanah tersebut.
Dengan ini ekosistem air yang diamati memiliki pH yang baik untuk pertumbuhan
tanaman dan kesuburan tanah yang ada pada ekosistem air.
Dari pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh data suhu lingkungan
air 26,3 derajat celcius dan 25,7 derajat celcius pada
pengamatan kedua. Suhu merupakan faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tinggi rendahnya suhu
disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman,
distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Dengan ini menunjukkan suhu 26,3 derajat diperoleh dari
nteraksi radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya, dan kandungan
lengas tanah.
Pada pengamatan yang dilakukan di
ekosistem darat diperoleh data berupa komponen biotik dan komponen abiotik. Pengamatan dilakukan sebnyak dua
kali, dan proses pengmatan dilakukan mirip dengan pengamatan yang dilakukan
pada ekosistem air. Yaitu membuat batas ( kaudran ) yang ukurannya sama dengan
ukuran kuadran yang digunakan pada pengamatan ekosistem air. Pengamatan pertama
diperoleh data kompone biotik berupa nyamuk, rumput tumbuhan hijau, dan
macam-macam tumbuhan rambat. Sedangkan komponen abiotik berupa daun kering, dan
ranting. Kemudian juga diperoleh hasil pengukuran dengan menggunakan soil
tester dan diperoleh hasil pengukuran pH 7, kelambapan 20% , intensitas cahaya
5750 cd, kesuburan terlalu kecil ( mendekati tidak subur). Kemudian pengukuran
dengan termometer tanah diperoleh suhu 21 derajat celcius, pengkuran dengan
higrometer kelembapan 52%, suhu 31 derajat celcius dan pengukuran dengan
luxmeter diperoleh hasil intensitas cahaya 1 cd. Pada pengamatan kedua
diperoleh komponen biotik berupa bok-bokcong, tawon, tumbuhan hijau,dan rumput
rambat. Sedangkan komponen abiotiknya adalah daun kering, ranting, dan batu
kecil. Hasil pengamatan menggunakan soil tester diperoleh data pH 7, kelembapan
20%, intensitas cahaya, 8500 cd, kesubran tanah terlalu kecil ( mendekati tidak
subur ), dan pengukuran suhu tanah diperoleh suhu 21 derajat celcius,
kelembapan udara 52%, dan pengukuran menggunakan higrometer diperoleh
kelembapan 52%, suhu 29 derajat celcius, dan pengukuran intensitas cahaya
dengan luxmeter diperoleh data 1000 cd.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan kebun
belakang Gedung Kimia mengenai
pengaruh suhu terhadap ekosistem dan keragaman jenis makhluk hidup yang tinggal
di area kebun, dapat diamati bahwa perbedaan suhu pada masing-masing tempat
sangat berpengaruh pada keragaman dan jumlah makhluk hidup (faktor biotik) yang tinggal di area
tersebut. Pada suhu 21 derajat
celcius ditrmukan mahkluk hidup berupa nyamuk rumput, tumbuhan hijau, dan 2
macam tumbuhan rambat. Tumbuhan berinteraksi dengan suhu tanah, jika suhu tanah
terlalu tinggi atau terlalu rendah maka tanaman akan mati.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan kebun
belakang Gedung Kimia mengenai
pengaruh suhu terhadap ekosistem dan keragaman jenis makhluk hidup yang tinggal
di area kebun, dapat diamati bahwa perbedaan suhu pada masing-masing tempat
sangat berpengaruh pada keragaman dan jumlah makhluk hidup (faktor biotik) yang tinggal di area
tersebut. Diperoleh data suhu
udara 29 derajat celcius pada pengamatan pertama dan 31 derajat celcius pada
pengamatan kedua. Suhu ini tadak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, jika
suhu dalam lingkungan terlalu tinggi atau terlalu rendah maka komponen abiotik
akan mati.
Dari hasil pengamatan kesuburan
tanah menggunakan soil tester diperoleh data too little (terlalu kecil). Ini
menunjukan tanah yang berada di belakang gedung kimia kesuburannya terlalu
kecil bahkan mendekati tidak subur. Tanah yang kurang subur berakibat keragaman
komponen biotik maupun abiotik semakin kecil. Semakin besar tingkat kesuburan
tanah, semakin besar pula keragaman komponen biotik dan abiotiknya dan
sebaliknya. Karena komponen biotik tingkat pertama tidak memperoleh zat mkanan
yang cukup sehingga komponen tingkat selanjutnya juga kesulitan mendapatkan
makanan yang cukup. Ini sesuai dengan hasil pengamatan yang menunnjukan
minimnya komponen biotik dan abiotik yang ditemukan di lingkungan.
Pada pengamatan yang dilakukan di
belakang Gedung Kimia diperoleh data 52% pada pengamatan pertama dan 52% pada
pengamatan kedua. Hasil pengamatan di dua tempat berbeda sama-sama didapati
kelembaban tanah 52%. Kesamaan kelembapan tanah memungkinkan kesamaan komponen
biotik dan komponen abiotik. Sesuai dengan hasil pengamatan komponen biotik dan
abiotik yang di jumpai pada kedua daerah pengamatan hampir sama, namun pada
kuadran satu (daerah pengamatan pertama ) dijumpai nyamuk sedangkan pada
kuadaran dua (daerah pengamatan kedua) dijumpai bok-bokcong ( bahasa jawa) dan
tawon (lebah).
Hasil pengamatan intensitas
cahaya yang dilakukan di belakang Gedung Kimuia diperoleh data 5750 cd
(pengkuran menggunakan siol tester) pada kuadran pertam dan 8500 cd (pengukuran
menggunakan soil tester) pada kuadran kedua. Intensitas cahaya pada kuadran
kedua lebih besar dari pada kuadran pertama, ini menunjukka kuadran pertama
lebih banyak terkena sinar matahari. Pada kuadran kedua tumbuhan lebih hijau
dan tumbuh lebih optimal daripada kuadran pertama, karena pada kuadaran kedua
tumbuhan dapat berfotosintesis lebih maksimal dibanding dengan kuadran pertama.
Cahaya dan tumbuhan saling berinteraksi, cahaya matahari ditangkap oleh
tumbuhan untuk membantu proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis yang
berupa oksigen digunakan untuk respirasi tumbuhan itu sendiri dan oraganisme
lain.dengan ini terbentuklah hubungan timbal balik antara komponen biotik dan
komponen abiotik.
Interaksi dapat terjadi di antara
sesama individu dalam suatu populasi, yang dikenal dengan istilah interaksi
intraspesifik. Biasanya interaksi ini terjadi dalam memperebutkan sumber daya
yang keadaannya terbatas. Kompetisi ini sangat ketat karena kebutuhan sumber
daya diperebutkan di antara individu tersebut sama, dan tidak dapat digantikan
dengan yang lain
Interaksi yang terjadi antara dua
populasi yang berbeda disebut sebagai intra spesifik toritik. Populasi dua
spesies dapat berinteraksi yang pengaruhnya dapat menguntungkan, merugikan,
atau populasi tersebut tidak terpengaruh (Dharmawan, 2005). Dengan berpedoman
pada efek yang muncul, maka muncullah tipe interaksi di alam seperti:
·
Neuralisme : keduanya saling tidak mempengaruhi
·
Kompetisi : hambatan yang saling merugikan
·
Parasitisme : populasi 1 dirugikan, populasi 2
untung
·
Predasi : populasi 1 dirugikan, populasi
2 untung
·
Komensalisme : populasi 1 tidak terpengaruh, populasi 2
untung
·
Protokopenansi :
populasi 1 dirugikan, populasi 2 untung, tetapi tidak obligat
·
Mutualisme : populasi 1 dirugikan, populasi 2
untung dan obligat.
9.
DISKUSI
1. Apa
yang dimaksud dengan :
a. Populasi c. Ekosistem
b. Komunitas d. jaring – jaring makanan
Jawab:
a. Populasi
adalah kelompok makhluk hidup yang memiliki spesies sama (sejenis) dan
menempati daerah tertentu dalam waktu tertentu.
b. Komunitas
adalah kumpulan populasi tumbuhan dan tanaman yang hidup secara bersama di
dalam suatu lingkungan.
c. Ekosistem
adalah hubungan timbal balik antara unsur – unsur hayati (biotik) dengan
nonhayati (abiotik) yang membentuk system ekolog.
d. Jaring
– jaring makanan adalah rantai – rantai makanan yang saling berhubungan satu
sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaring – jaring.
2. Sebutkan
hubungan antar individu yang tedapat dalam ekosistem tersebut!
Jawab:
1. Netral.
Hubungan tidak saling mengganggu antar individu
dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan
kedua belah pihak. Contohnya : antara capung dan sapi.
2. Predasi. Hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator).
Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup.
Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh
: Singa dengan mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
3. Parasitisme.
hubungan antarorganisme yang berbeda spesies,
bila salah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. Biasanya interaksi
parasitisme ini dilakukan oleh tumbuhan atau hewan tingkat rendah dengan cara
menumpang dan menghisap sari makanan dari hewan atau tumbuhan yang
ditumpanginya. Hewan atau tumbuhan yang ditumpangi biasa disebut inang.
Contohnya adalah cacing pita yang hidup pada usus halus manusia. Cacing ini
menghisap makanan di dalam tubuh manusia yang ditumpanginya.
4. Komensalisme.
Komensalisme merupakan hubungan antara dua
organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi
sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak
dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya.
5. Mutualisme.
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme
yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh,
bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar
kacang-kacangan, burung yang memakan kutu di kulit kerbau, dan lain-lain.
3. Faktor
– faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan ekosistem!
Jawab:
Perubahan ekosistem terjadi karena
terjadi perubahan keseimbangan komponen biotik dan abiotik. Faktor penyebab
perubahan ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor
alami.
Faktor
alami yang menyebabkan perubahan keseimbangan komponen biotik dan abiotik,
diantaranya letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, rusaknya pantai,
hilangnya terumbu karang dan tumbuhan alga, kebakaran hutan, badai, bahkan
tsunami dapat menyebabkan terputusnya rantai makanan, yang menunjukkan bahwa
keseimbangan ekosistem sudah terganggu.
2. Faktor
manusia.
Dibanding
komponen biotik lainnya, manusia merupakan komponen biotik yang mempunyai
pengaruh ekologi terkuat di biosfer bumi ini. Dengan kemampuannya untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi, manusia mempunyai pengaruh yang sangat besar
baik pengaruh yang memusnahkan ekosistem maupun yang meningkatkan ekosistem.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya manusia mampu mengubah lingkungan
sesuai dengan yang diinginkan, misalnya dengan cara mengeksploitasi sumber daya
alam (SDA) tanpa memikirkan dampaknya. Pembabatan dan pembakaran hutan
menyebabkan dampak yang sangat luas yang berakibat hilangnya humus tanah,
ketandusan tanah, berkurangnya sumber air, dan rusaknya tatanan ekosistem.
Rusaknya tatanan ekosistem akan berakibat migrasi hewan-hewan buas dari hutan
ke desa-desa untuk memangsa hewan ternak bahkan manusia. Gajah, babi hutan, dan
hewan herbivora lainnya tidak akan dapat mempertahankan hidup di hutan yang
rusak hewan-hewan tersebut bermigrasi ke perkampungan penduduk dengan merusak
tanaman budidaya manusia. Contoh lainnya dari aktivitas manusia yang
menyebabkan perubahan keseimbangan lingkungan adalah pencemaran sampah organik,
penebangan hutan, penggunaan pestisida berlebihan, pembangunan permukiman, dan
limbah industri.
10. KESIMPULAN
1. Pada
suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup (biotik) dan komponen tak hidup
(abiotik). Komponen biotik
berupa
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
2. Komponen abiotik
antara lain berupa suhu,
air, kelembaban, cahaya, dan topografi.
3. Hubungan timbal balik diantara komponen ekosistem
dapat terjadi antara komponen biotik dan komponen abiotik, atau antara komponen biotik dan
komponen biotik
DAFTAR
PUSTAKA
Dharmawan, Agus,
dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Kinball, John W.
1985. Biologi 2. Jakarta: Erlangga.
Roi. 2009. pH Tanah, (Online), (http://kafein4u.wordpress.com/2010/02/13/ph-tanah/), Diakses 26 April 2012.
Susilowati, M.S, dkk.
2003. Petunjuk Praktikum Biologi Untuk
Fisika. Malang : Universitas Negeri
Malang
Trijoko, dkk. 2005. Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Sunda
Kelapa Pustaka.